Observatorium Astronomi, dari Merpati Pos hingga Twitter

Apa itu observatorium astronomi?

Palomar Observatory
Sumber : wikipedia.org
Observatorium astronomi merupakan tempat yang digunakan oleh para astronom untuk melakukan pengamatan dan mempelajari objek-objek langit seperti planet, bintang, galaksi, nebula, dll. Observatorium astronomi modern selalu dilengkapi dengan teleskop, bisa teleskop optik atau teleskop radio. Umumnya, observatorium astronomi terletak di dataran tinggi. Alasan utama penempatan observatorium astronomi di dataran tinggi adalah untuk menghindari polusi udara, polusi cahaya, dan efek distorsi dari atmosfer. Dengan demikian, citra yang diperoleh di tempat ini lebih jelas dan tajam.


Sejarah singkat

Ulugh Beg Observatory
Sumber : wikipedia.org
Observatorium astronomi pertama kali dibangun oleh Hipparchus, seorang astronom dari Yunani sekitar tahun 162-127 SM. Instrumen yang digunakan masih sederhana, seperti gnomon, astrolabe, dan armillary sphere / bola langit kuno. Setelah kehancuran bangsa Yunani dan Romawi pada sekitar abad ke 5-6 M, peradaban dunia berpindah ke bangsa Arab Muslim, tak terkecuali ilmu astronomi. Di bangsa Arab Muslim inilah model observatorium Hipparchus dirombak sehingga lebih maju dan memadai untuk pengamatan objek-objek langit. Nasir al-Din al-Tusi pada tahun 1259 M membangun sebuah observatorium yang dilengkapi dengan perpustakaan yang menyimpan koleksi buku hingga mencapai 400 judul. Kemudian, pada tahun 1420 Ulugh Beg dari Samarkand membangun sebuah observatorium terbesar di dunia Arab Muslim dan dinamai sama dengan namanya. Instrumen pada observatorium di dunia Arab Muslim ini merupakan pengembangan dari instrumen-instrumen sebelumnya, seperti astrolabe yang sudah ditingkatkan akurasinya, kuadran mural, dan bola langit.

Dengan ditemukannya teleskop di Eropa pada awal abad ke 17, para astronom mulai menggunakan teleskop untuk mengamati objek-objek langit. Penemuan ini secara besar-besaran mengubah pandangan para astronom akan alam semesta. Hingga pada tahun 1917, George Hale membangun teleskop cermin berdiameter2,5 m untuk diletakkan di observatorium astronomi di puncak Gunung Wilson, California. Hasil yang didapat sungguh menakjubkan, diantaranya Edwin Hubble menciptakan penemuan akan ketakberhinggaan alam semesta. Kemudian pada tahun 1948, observatorium Mount Palomar di California mulai beroperasi. Dengan teleskop yang cerminnya berdiameter 5 m dan beratnya lebih dari 12 ton, membuat observatorium astronomi ini terkenal karena ukuran tersebut adalah batas maksimal.

Effelsberg Radio Telescope
Sumber : wikipedia.org
Setelah diketahui bahwa objek-objek langit tidak hanya memancarkan gelombang cahaya tampak, tetapi juga gelombang radio, para astronom mulai membangun sebuah observatorium astronomi yang menggunakan teleskop radio. Teleskop radio ini memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh teleskop optik, yaitu teleskop radio dapat digunakan pada malam atau siang hari, dan dapat "melihat" menembus awan. Observatorium astronomi Effelsberg di Jerman memiliki teleskop radio yang cukup besar dengan diameter pemantul parabola mencapai 100 m dan bisa digerakkan.

Chandra X-ray Observatory
Sumber : wikipedia.org
Selain itu, ada juga observatorium astronomi yang berada di antariksa. Alasan utama pembangunan observatorium antariksa ini adalah adanya sebagian objek langit yang memancarkan radiasi elektromagnetik berupa sinar X atau sinar ultraviolet. Gelombang-gelombang ini tidak bisa menembus bumi karena terhalang oleh atmosfer, sehingga perlu adanya observatorium astronomi antariksa yang mengamati radiasi sinar X atau sinar ultraviolet di luar angkasa. Bentuk observatorium aastronomi antariksa ini berupa satelit. Salah satu observatorium astronomi antariksa yang terkenal adalah Observatorium Sinar X Chandra yang diluncurkan pada tahun 1999.

Observatorium astronomi di Indonesia

Bosscha Observatory
Sumber : ks-note.blogspot.com
Saat ini, ada sekitar 600 buah observatorium astronomi di dunia, salah satunya berada di Indonesia, yaitu Observatorium Bosscha yang bertempat di Lembang, Jawa Barat. Salah satu fasilitas Observatorium Bosscha ini adalah teleskop ganda Zeiss 60 cm. Teleskop ini berada pada satu-satunya gedung kubah di Observatorium Bosscha. Kubah gedung memiliki bobot 56 ton dengan diameter 14,5 m dan terbuat dari baja setebal 2 mm. Saat ini, teleskop ganda Zeiss 60 cm ini merupakan teleskop terbesar dan tertua di Observatorium Bosscha. Teleskop ini merupakan jenis refraktor (menggunakan lensa) dan terdiri dari 2 teleskop utama dan 1 teleskop pencari (finder). Diameter teleskop utama adalah 60 cm dengan panjang fokus hampir 11 m, dan teleskop pencari berdiameter 40 cm.

Keberadaan observatorium astronomi ini sebenarnya masih belum cukup untuk memeperluas wawasan astronomi di Indonesia. Bahkan, saat ini kondisi di sekitar Observatorium Bosscha sudah dianggap tidak layak untuk melakukan pengamatan. Penyebabnya adalah banyaknya pemukiman di sekitar Observatorium Bosscha. Dengan banyaknya pemukiman, wilayah baru pun dibuka yang dahulunya berupa hutan-hutan kecil. Akibatnya, polusi cahaya kian emrebak di sekitar Observatorium Bosscha. Jelas sekali ini mengganggu pengamatan di Observatorium Bosscha, sehingga Observatorium Bosscha menjadi terancam keberadaannya.



Daftar Pustaka :

Fredette, Nathalie dan Claude Lafleur. 2006. Memahami Alam Semesta. Diterjemahkan oleh : Hendro Setyanto, S.Si. Jacques Fortin : Montreal

Syukur, Abdul dkk. 2005. Ensiklopedi Umum untuk Pelajar. PT Ichtiar Baru Van Hoeve : Jakarta

http://bosscha.itb.ac.id/en/research/facilities.html
http://www.gaulislam.com/astronomi-islam-menguak-rahasia-langit
http://en.wikipedia.org/wiki/Observatory
http://id.wikipedia.org/wiki/Teleskop
http://en.wikipedia.org/wiki/Hipparchus

Comments

Popular posts from this blog

Dampak Penyatuan Zona Waktu Indonesia Terhadap Pola Jam Kerja di Indonesia

Gerhana Bulan Total 8 Oktober 2014